Gerakan Kampung Membaca (GKM) memang selalu menyelipkan sebuah cerita yang sangat inspiratif bagi para relawan Komunitas Ngejah pada setiap episodenya. Selain bersilaturahmi dengan warga kampung tempat gelaran GKM, hal yang tidak kalah menariknya yakni pengalaman ketika berbaur bersama anak-anak dengan beragam karakter. Dengan kepolosannya masing-masing, tak jarang dari mereka terlihat sangat tegar meski berada dalam lingkungan yang sangat sederhana dan serba terbatas. Hal ini dapat kami temukan dari kondisi rumah dan busana yang mereka kenakan. Namun, mungkin itulah salah sataunya pemicu yang akan membuat mereka mandiri dan surfive dalam menghadapi masalah, kelak ketika dewasa. Selain itu selalu saja ada cerita yang menginspirasi kami semua untuk terus bergerak, berbagi semampunya, salah satunya melalui gerakan literasi yang tengah kami lakukan. Inspirasi kali ini kami dapatkan dari seorang pemuda bernama Baban.
Jumat, 16/05/2014 relawan Gerakan Kampung Membaca Komunitas Ngejah menggelar GKM episode#16 di sebuah kampung yang cukup terpencil yaitu Kampung Puncakkawung Desa Sukawangi Kecamatan Singajaya Kabupaten Garut. Sebuah kampung paling barat dari ibu kota Desa Sukawangi, sebuah kampung dengan masyarakatnya yang masih relative tertinggal dari sisi pendidikan. Hal ini sebagaimana hasil ngobrol santai dengan salah seorang warga masyarakat sekitar yang menyatakan bahwa masih banyak anak-anak lulusan SD yang memilih untuk tidak melanjutkan sekolahnya dan lebih tertarik untuk pergi ke kota, mencari penghidupan. Kebiasaan meninggalkan kampung selepas lulus SD untuk mencari penghidupan di kota, ternyata tidak terjadi pada semua pemuda, salah satunya pada Baban. Malahan, dari kondisi tersebut Baban menjadi berpikir keras untuk menggugah masyarakat untuk meningkatkan pendidikan. Pemikiran ini ia lakukan dengan menjadi pengajar. Dengan penuh semangat dan dedikasi tinggi ia memilih mengabdikan dirinya di kampung halaman untuk menjadi tenaga pengajar sukrelawan di sebuah PAUD yang belum lama ini ia dirikan bersama ibu-ibu yang peduli akan dunia pendidikan. Sadar bahwa pendapatan menjadi seorang pengajar sukarelawan sangatlah jauh dari cukup, Baban memilih bertani untuk mencukupi kebutuhannya sehari-hari. “Tilu dinten ngawulang di PAUD, sesana dianggo diajar tani, melak cabe. Lumayan pami panenna hasil tiasa dianggo kaperyogian sadidinten” katanya, ketika ditanya tentang kegiatannya selain mengajar. Menurutnya dengan berbagi waktu dan ilmu pengetahuan dengan anak-anak, ia merasakan kebahagiaan tidak terkira. Selain itu jug , ia berharap suatu saat nanti, anak-anak di kampungnya dapat tumbuh menjadi anak-anak cerdas, salah satunya dengan berusaha untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi, dan mampu membawa perubahan untuk dirinya serta kampung halamannya. Pemuda berusia 26 tahun itu juga mengucapkan terimakasih kepada tim relawan Gerakan Kampung Membaca Komunitas Ngejah yang telah sedia berkunjung ke kampungnya, berbagi dengan anak-anak, memperkenalkan buku, mengajak membaca, mendongeng dan bermain bersama. Saat ditanya tentang kesannya mengenai kegiatan GKM, Baban mengatakan bahwa kegiatan GKM sangat positif dan menginspirasinya untuk mengagendakan membaca bersama atau setidaknya memotivasi anak-anak di kampung halamannya untuk rajin membaca.
Semoga masih banyak Baban-Baban yang lainnya, yang mau mengabdikan diri di kampung halamannya, tentu untuk kemajuan bangsa ini.
Penulis: Iwan Ridwan (Pengurus Komunitas Ngejah)
0 comments:
Post a Comment