Sunday, July 5, 2015

Nikmatnya Puasa sambil GKM

[caption id="attachment_2514" align="alignleft" width="300"]OPik dan Roni Memberikan  Pengatar Kegiatan Gerakan Kampung Membaca 34 di Kampung Babakanlalay Opik dan Roni Memberikan Pengantar Kegiatan Gerakan Kampung Membaca Episode 34 di Kampung Babakanlalay[/caption]

Hingga puasa ke 18, hujan belum jua turun. Kondisi ini, mengirimkan hawa dingin di sekitar wilayah Singajaya Kabupaten Garut. Mungkin hal ini terjadi juga di daerah-daerah yang lain. Menjalankan ibadah puasa pada saat hawa dingin melanda, sepertinya akan lebih terasa ringan dengan memilih tidur di kamar, mengenakan selimut tebal. Namun kita tentu tahu, puasa akan lebih berkah dengan melakukan aktivitas-aktivitas yang bermanfaat. Untuk melunasi keyakinan tersebut, serta menjalankan agenda yang sudah disepakati sebelumnya, ketika jarum jam menunjuk angka satu, hari ini, Minggu 5 Juli 2015, satu persatu relawan Komunitas Ngejah mulai berdatangan dalam rangka melakukan Gerakan Kampung Membaca episode 34.


Sesampainya di Saung, semuanya mulai melakukan persiapan masing-masing, tak terkecuali Dede Rofie, petugas harian yang sudah stand by mulai pukul 08.00. Dede Rofie dibantu oleh Aziz dan Aji terlihat mulai sibuk merapikan buku-buku ke dalam dus sebagai bekal amunisi kegiatan membaca bersama. Ruli Lesmana menyiapkan infokus, laptop dan beberapa film-film kartun kisah teladan. Roni Nuroni mengecek baterai kamera beserta memorinya. Saya pun tak ketinggalan, mempersiapkan beberapa perlengkapan kegiatan, membawa Al-Quran terjemahaan serta Kaos Komunitas Ngejah untuk diberikan kepada Kang Dadang sebagai ustad sekaligus pengelola Pojok Baca Babakanlalay. Sementara Iwan Ridwan sang koordinator GKM sudah menunggu di Pasirjonge.




[caption id="attachment_2515" align="alignleft" width="300"]Ruli Menyiapkan Pemutaran Film Kartun, Kisah-kisah Teladan Pada Kegiatan GKM episode 34 Ruli Menyiapkan Pemutaran Film Kartun, Kisah-kisah Teladan Pada Kegiatan GKM episode 34[/caption]

Jarum jam bergeser. Waktu menunjukkan pukul 13.30. Setelah seluruh persiapan selesai, kami berkumpul dan berdoa bersama untuk jalannya kegiatan. Mula-mula jalan aspal berhotmix yang kami lalui. Dari pertigaan Lio, jalan mulai menanjak dengan aspal yang sudah sedikit acak-acakkan. Sesampainya di Kampung Tegalkondang, jalan pelur adalah santapan roda dua yang harus kami lalui. Jalanannya cukup curam, kecil, berbelok-belok dan naik turun. Kurang lebih sekitar 20 menit kami sampai di Kampung Babakanlalay. Dari luar masjid mungil yang rencananya akan segera direnovasi, terdengan gemuruh suara anak-anak sedang mengaji.


Satu persatu relawan memasuki masjid. Ustad Dadang dengan wajah ramah menyambut kami. Mempersilahkan kami masuk dan memberikan kesempatan untuk segera membuka acara. Ustad muda yang satu ini memang sudah sangat akarab dengan kami. Selain bertemu karena kami mengunjungi kampungnya, beliau juga beberapa kali datang ke Saung Komunitas Ngejah untuk sekedar silaturahmi, berdiskusi serta membincang mengenai progres perkembangan minat baca anak didiknya. Sekitar 50 anak-anak yang didominasi oleh usia anak-anak SD berjajar melingkar. Roni Nuroni salahseorang pentolan Komunitas Ngejah segera membuka acara dengan mengajak seluruh hadirin untuk mengucapkan basmallah.




[caption id="attachment_2512" align="alignleft" width="300"]Anak-anak Kampung Bababakanlalay (Peserta GKM 34) Menikmati Pemutaran FIlm kKartun, Kisah-kisah Teladan Anak-anak Kampung Bababakanlalay (Peserta GKM 34) Menikmati Pemutaran FIlm kKartun, Kisah-kisah Teladan[/caption]

Tak ada sesi perkenalan, karena kunjungan kami ke Babakanlalay bukan untuk kali pertama. Bahkan kampung ini, pada puasa tahun lalu adalah salahsatu lokai syuting untuk acara Kick Andy On Location. Selepas acara dibuka, saya sedikit memberikan pengantar tentang pentingnya membaca. Beberapa kisah mengenai kesuksesan orang-orang yang rajin membaca saya sampaikan. Pada kesempatan ini saya sempat menyebutkan beberapa tokoh yang sukses tanpa ijazah. Dalam hal ini, saya tak bermaksud menyepelekan sekolah, namun memotivasi anak-anak bahwa dengan membaca banyak bukti, orang bisa sukses. Saya mencoba mengulas mengenai kesuksesan Bapak Ajip Rosidi, seorang sastrawan terkenal Indonesia, penulis, budayawan, redaktur, serta ketua yayasan Rancage. Saya sampaikan juga, sekalipun beliau tidak tamat SMA beliau mampu mengabadikan namanya karena berbagai prestasi yang diraihnya. Saya juga menyampaikan pada anak-anak untuk setia, menyisihkan waktu membaca untuk setiap harinya.




[caption id="attachment_2511" align="alignleft" width="300"]Dede Rofie sedang mendongeng pada acara GKM 34 Dede Rofie sedang mendongeng pada acara Gerakan Kampung Membaca Episode 34[/caption]

Selepas itu, giliran Ruli Lesmana memandu pemutaran film kartun kisah-kisah teladan. Salahsatunya tentang Qorun si hartawan yang menolak untuk membayar zakat dan sedekah. Lantas Alloh memberikan azab untuknya. Ia meninggal karena gempa, terkubur bersama harta bendanya. Selepas penanyangan film selesai, Roni Nuroni mengajak anak-anak peserta GKM untuk mengulasnya. Roni mencoba berusaha memacu keberanian anak-anak untuk berani berbicara di depan. Dengan berbagai usaha, beberapa orang anak pada akhirnya berani menyampaikan pendapat mengenai film tersebut. Ketika beberapa perwakilan anak maju ke depan, dari tengah lingkaran, seorang anak berceloteh sambil menyembunyikan wajahnya di balik sarung “abdimah moal jiga Qorun, bade bageur da…” pernyataan ini kemudian disusul gelak tawa anak-anak lainnya. Pukul 15.15 kami  bergegas mengambil air wudlu di bak yang berada di belakang mesjid. Air gunung yang mengalir melalui pipa paralon dan ditampung di dalam bak terasa sangat menyegarkan. Setelah semuanya siap, kami pun melaksanakan Sholat Ashar berjamaah dipimpin oleh Ust. Dadang.




[caption id="attachment_2516" align="alignleft" width="300"]Iwan Ridwan Sedang Mendongeng di Hadapan Peserta GKM episode 34 Iwan Ridwan Sedang Mendongeng di Hadapan Peserta GKM episode 34[/caption]

Acara dilanjutkan dengan tadarus bersama. Setiap orang melanjutkan hanca tadarus masing-masing. Selesai tadarus bersama Dede Rofie dan Iwan Ridwan secara berurutan menyampaikan dongeng. Dede pemuda asal Kampung Jabeng yang memutuskan untuk menjadi relawan (petugas harian) di saung Komunitas Ngejah, dengan berapi-api menyampaikan cerita tentang seorang anak muda yang saleh. Sementara Iwan Ridwan menyampaikan ceirta tentang keutamaan bersedekah. Karena keduanya melakukan persiapan, atau mungkin karena berkah Ramadhan yang menjalar pada jiwa keduanya, saya melihat dua relawan ini membawakan dongeng dengan cukup apik dan menarik. Tidak sekedar bermonolog namun melibatkan anak-anak untuk berinteraksi, hingga membuat suasana terasa hangat. Tak jarang, di tengah-tengah dongeng yang dibawakan, terdengar gelak tawa anak-anak.  Saya melihat betapa antusiasnya anak-anak menyimak dongeng. Sayangnya, saat ini sudah tak banyak orang tua yang mau menyisihkan waktu untuk sekedar mendongeng atau bercerita untuk anak-anaknya. Banyak orang tua lebih memilih mengajak anak-anak nonton tv, mengisi waktu kebersamaan diantara mereka. Padahal dongeng merupakan tradisi pengajaran tertua dalam dunia pendidikan. Sebagaimana disampaikan oleh Mendikbud Anies Baswedan saat mencanangkan “Gerakan 10 Menit Membaca Cerita untuk Anak” di Kantor Kemendikbud, Jumat (29/05/2015), beliau memaparkan bahwa dongeng adalah musabab tumbuhnya bahasa dalam evolusi peradaban manusia. Untuk itu menggunakan dongeng sebagai media pembelajaran dapat membangun pendidikan karakter.




[caption id="attachment_2517" align="alignleft" width="300"]Salahseorang Peserta Gerakan Kampung Membaca Episode 34, Memilih Komik sebagai Bacaan Salahseorang Peserta Gerakan Kampung Membaca Episode 34, Memilih Komik sebagai Bacaan[/caption]

Acara inti kami gelar pada akhir kegiatan. 35 Menit lamanya para peserta GKM diajak untuk membaca buku sesuai selera masing-masing. Buku-buku yang kami siapkan pada kesempatan ini, selain buku cerita dan pengetahuan umum, komik, juga didominasi oleh buku pengetahuan agama islam yang hampir semuanya terdapat gambar di dalamnya. Menurut pengamatan saya, gambar-gambar yang ada pada buku jelas memberikan efek ketertarikan tersendiri pada anak-anak. Para relawan tanpa adanya komando, sigap membimbing anak-anak dalam memilih bahan bacaan dan menemaninya untuk membaca. Beberapa orang anak yang belum mampu membaca sendiri, mendapat perhatian khusus dari para relawan. Jarum jam terus berputar. Waktu sudah menunjukan pukul 17.10. Kami pun menutup acara dengan doa bersama, dan tak lupa berphoto di luar masjid. Sebelum pulang, Ust. Dadang ternyata sudah mempersiapkan beberapa kelapa muda untuk kami bawa. Alhamdulillah… Hari yang menyenangkan. Menikmati puasa sambil melaksanakan kegiatan Gerakan Kampung Membaca episode 34***NTA


2 comments:

Copyright © 2014 Jejak Literasi | Designed With By Blogger Templates | Distributed By Gooyaabi Templates
Scroll To Top