Monday, December 18, 2017

Gerakan Kampung Membaca Episode 5

Gerakan Kampung Membaca merupakan sebuah program Komunitas Ngejah untuk membangun kampung melalui gerakan membaca. Menurut Kang Iwan Ridwan Koordinator Gerakan Kampung Membaca program ini mengusung tema “Dari kampung ke kampung untuk bersama-sama mengenal dunia.” Oleh sebab itu, maka program ini akan terus digulirkan sampai batas waktu yang tidak ditentukan, dan dilaksanakan satu minggu dua kali, ada banyak kampung di Kecamatan Singajaya dan sekitarnya yang akan menjadi target kunjungan. Hal ini diamini oleh Kang Nero Taopik Abdillah sebagai ketua Komunitas Ngejah. Lebih lanjut, dalam sebuah kesempatan Kang Nero pernah mengatakan bahwa membangun kampung bisa dengan berbagai cara, salah satunya dengan gerakan membaca. Pernyataan tersebut menjadi semangat tersendiri bagi para relawan untuk terus bergerak dan berbagi melalui kegiatan Gerakan Kampung Membaca.


Seperti hari ini, terik sang raja siang tak sedikitpun mengurungkan niat relawan Gerakan Kampung Membaca Komunitas Ngejah untuk menempuh perjalan. Sabtu (02/11) Kaki para relawan mulai melangkah menuju sebuah kampung yang sedikit terisolir, Babakanlalay adalah nama kampung menjadi tujuan, salah satu kampung yang berada di Desa Mekartani Kecamatan Singajaya Kabupaten Garut. Menurut orang kampung di sana, kata Babakanlalay diambil dari nama salah satu gua yang terdapat di tengah pemukiman masyarakat. Lalay sendiri adalah sebutan untuk hewan sejenis Kelelawar yang tinggal di diniding-dinding gua Babakanlalay.


Peluh tak membuat para relawan mengeluh, apalagi membunuh semangat untuk terus menyusuri jalan walaupun beberapa di antara kami harus rela turun dari motor dan berjalan kaki karena kendaraan yang kami gunakan slip. Perjalanan menuju kampung ini menghabiskan waktu sekitar 45 menit dari saung Komunitas Ngejah. Perjalanan terjal terbayar sudah dengan sambutan hangat dan ceria anak-anak kampung Babakanlalay. Kami tiba di mesjid Babakanlalay pukul 15.30. Sungguh kenyataan yang sangat miris tatkkala kami menyaksikan semangat anak-anak dalam belajar, namun keterbatasan menjadi dinding penghalang yang sangat tebal bagi keinginan dan cita-cita mereka. Diawali dengan kegiatan satu jam membaca kami menebarkan virus membaca di kalangan anak-anak usia bawah lima Tahun dan beberapa sudah menginjak pendididkan Sekolah Dasar, namun pengetahuan mereka masih minim. Sebagaian dari mereka tidak mengetahui sama sekali tentang negaranya sendiri, padahal usia mereka adalah usia produktif untuk mencari ilmu pengetahuan dan mencernanya, namun keterabatasanlah yang membuat mereka nyaris kehilangan semangat membaca dan bahkan tidak tahu seberapa pentingnya membaca dalam hidup. Hal itulah yang menggerakkan hati para relwan untuk mengenalkan mereka dengan dunia membaca dan menulis. Mereka sangat senang dengan buku-buku yang diberikan kepada mereka. Mereka bisa mengetahui berbagai tokoh yang hanya bisa-bisa mereka lihat di layar televisi tetangga ketika hari Minggu tiba. Mereka jadi mengenal tokoh kartun yang biasa mereka tonton di minggu pagi, bahkan mereka mulai mengetahui berbagai macam puisi dan kekayaan Indonesia.


Lebih jauh, para relawan sedikit mengenalkan mereka mengenai dunia jurnalis itu apa dan seperti apa. Secara sepintas, terlihat sebuah apresiasi dari penduduk kampung dan juga peserta terhadap kegiatan gerakan kampung membaca. Salah seorang ustadz Kampung Babakanlalay yang bernama Kang Dadan Mengatakan “gerakan seperti ini adalah termasuk jihad fisabilillah, karena sangat sedikit orang yang berilmu yang mau berbagi dan mengamalkan ilmunya sampai ke daerah terpencil seperti Babakanlalay”. Beliau mengharapkan agar kegiatan seperti ini terus dilakukan agar tidak ada lagi anak-anak yang mengubur cita-citanya hanya karna keterbatasan hidup. Seusai membaca, kami menghibur anak-anak dengan pertunjukan monolog dari kang Saeful Millah yang berjudul Santri Bodoh yang diilhami dari kisah ulama tersohor, disuguhkan dengan cara dan gaya yang telah dikemas sedemikian rupa agar pesannya nyampe ke anak-anak. Salah satu filosofi yang Kang seful berikan pada mereka adalah “Cikaracak ninggang batu, laun laun jadi ngalegok”. Dengan gayanya yang khas Kang saeful memberikan mereka motivasi bahwa tak ada yang sulit di dunia ini selama kita mau mencoba. Tak ada sesuatu yang mustahil apabila kita mau berusaha. Setetes air yang menjatuhi batu yang keras karena sering dan dengan watu yang cukup lama, akhirnya mampu membentuk lubang yang semakin lama semakin besar. Begitupun hati dan akal manusia yang memang tak sekeras batu, tentu bisa luluh dan membuahkan hasil apabila kita sungguh sungguh memupuk dan berusaha mewujudkan apa yang kita impikan slama ini. Seluruh anak-anak hanyut dalam dongeng itu. Dan tentunya mereka senang dan menikmati rangkaian acara dari gerakan kampung membaca ini. Pembelajaran di dalam mesjid ditutup dengan suguhan puisi persembahan Sifa dan Vita Sizu dari komunitas ngejah,yang sambut dengan tepuk tangan yang meriah anak-anak Laskar Babakanlalay. Laskar Babakanlalay berharap suatu saat nanti mereka bisa seperti kakak-kakak relawan gerakan kampung membaca, bahkan lebih. Sebelum acara usai, sebuah game untuk menguji konentrasi disuguhkan. Mereka tampak semangat dengan game yang kami berikan. Sesekali kami memberikan kesempatan kepada mereka yang konsentrasinya kurang untuk maju kedepan untuk menjawab pertanyaan dari apa yang telah mereka dapat selama di ruangan tadi. Riuh tepuk tangan terdengar saat beberapa peserta yang berhasil menjawab menerima hadiah berupa buku gambar dari tim relawan Gerakan Kampung Membaca Komunitas Ngejah. Mars komunitas ngejah akhirnya menjadi penutup acara hari ini. Sesi foto barengpun menjadi moment yang tak bisa kami lewatkan. Dengan tawa dan senyum lebar Laskar Babakanlalay sangat antusias berada di depan kamera. Kang Iwan sang koordinator Gerakan Kampung Membaca memberikan aba-aba 1..2..3 Keep smile. Akhirnya para relawan pamit pulang kepada Kang Dadan dan Laskar Babakanlalay. Sepertinya para relawan enggan melangkahkan kaki, seperti terbius dalam suasana kebersamaan dengan mereka Laskar Babakanlalay. Sebelum pulang Kang Roni sebagai wakil ketua Komunitas Ngejah berpesan kepada Laskar Babakanlalay untuk tetap semangat membaca dan menulis. Membaca apapun, walaupun hanya kertas koran bekas bungkus makanan.


Penulis:Novia Susanti Dewi Siswi SMK Nasirul Huda Bojonggambir, Bergiat di Komunitas Ngejah

0 comments:

Post a Comment

Copyright © 2014 Jejak Literasi | Designed With By Blogger Templates | Distributed By Gooyaabi Templates
Scroll To Top