Saturday, October 8, 2016

Saya & PJP

pjp.jpgGlobalisasi melahirkan kecenderungan yang berlawanan arah. Arah kearah luar menjadi bagian dari masyarakat dunia yang dikuasai oleh suatu arus informasi yang berakar pada kemajuan teknologi. Sangat disayangkan jika arus membawa kita hanyut dan terlena pada pola konsumerisme serta tata nilai global yang masih cair. Era digitalisasi telah lama mendekap kita, namun kenyataannya siapkah kita ? sementara itu, laju media komunikasi dan informasi luar biasa menggurita. Bukan hanya sekedar televisi, tetapi internet, media interaktif, multimedia, cyber cpace dan lain sebagainya. Lantas, bagaimana permasalahan besar ini bisa di dudukkan?


Komunitas Ngejah berikhtiar meminimalisir gejolak arus teknologi informasi dengan Pelatihan Jurnalistik Pelajar (PJP) yang rutin digelar sejak enam tahun silam. 2012 lalu, saya menjadi bagian dari Puluhan pelajar SMP- SMA sederajat digiring pada satu era yang selama ini menina bobokan pelajar yang berada di daerah, khususnya wilayah perbatasan kab. Tasik dengan kab. Garut.


Tidak bisa dipungkiri, bahwasanya era globalisasi dan digitalisasi yang terjadi saat ini bertolak pada satu era yang terlewati, yaitu era keberaksaraan sehingga masyarakat Indonesia khususnya yang berada di daerah belum siap untuk memasuki era digitalisasi dewasa ini. Komunitas ngejah dengan Pelatihan Jurnalistik Pelajarnya berikhtiar meminimalisir dampak puzzle yang hilang dengan membawa atmosphere baru, “literasi media” yang di kemas dalam bentuk workshop dengan menghadirkan mereka yang pakar di bidangnya untuk belajar berbagi, belajar berkarya dan belajar bersama untuk bersama-sama melek aksara, melek media.


Saat itu saya tengah mengenyam pendidikan di salahsatu sekolah menengah kejuruan swasta di kab. Tasikamalaya. Meskipun saya mengambil konsentrasi di bidang informatika, tapi tetap saja saya belum memahami esensi media yang sesungguhnya sebab keterbatasan sumber bacaan di daerah dan minimnya perpustakaan serta jauhnya akses menuju toko buku menjadi hijab intimnya pelajar di perbatasan dengan dunia literasi dan media. Ihwal kegiatan baca tulis pada saat itu masih di anggap sebagai sebuah kegiatan pangedulan, sehingga hanya segelintir orang yang sudah benar-benar melek aksara, serta faham esensi media yang sesungguhnya.


Keberadaan Komunitas Ngejah yang sebenarnya berada di tanah kelahiran saya sendiri baru saya ketahui setelahnya ada brosur di mading sekolah tentang Kegiatan Pelatihan Jurnalistik Pelajar II (PJP II). Saat itu, memang belum ada mading balarea dan saung baca ataupun TBM aiueo, markas Komunitas Ngejah masih berupa kamar sempit yang kini sudah disulap menjadi taman baca masyarakat. Saat itu saya sangat antusias dan memilih Audio visual sebagai kelas yang akan saya geluti.


Tidak kurang dari seratus peserta di godok selama tiga hari berturut-turut dan di latih menjadi seorang pemain, bukan penonton dengan tutor yang cakap dibidangnya. Adapun kelas yang menjadi andalan pada saat itu ialah writing, bloging audio visual yang kemudian pada tahun- tahun selanjutnya menjadi empat kelas dengan Fotografi sebagai kelas tambahan.


Meski saya memilih audio visual sebagai konsentrasi, tapi virus literasi mulai menjangkit kepala dan hati saya, dari sanalah jentik jentik melek literasi media mulai tumbuh dan kami berusaha menjadi pemain, bukan penonton, berusaha penjadi produsen, bukan konsumen. Selama tiga hari tersebut kami digring menuju era digitalisasi dengan soft skill dan mental yang harus selalu siap berenang di arus zaman yang makin terkontaminasi, dengan terknologi informasi sebagai konektur masa.


Berkat tiga hari di geroh menjadi jurnalis, maka dibentuklah JPEG atau Jurnalis Pelajar Garut Selatan sebagai output PJP II yang bertugas mengabarkan kepada dunia bahwasanya kami bisa bermedia dengan cerdas dan sehat serta peka akan kondisi kampung halaman. Selain JPEG yang mengikat alumni PJP II untuk selalu berkarya,Komunitas Ngejah juga rutin mengunjungi sekolah-sekolah partisipan PJP II dengan mengadakan gerakan Ngejah Saba Sakola. Disana alumni-alumni PJP II delegasi sekolah partisipan membuat semacam pelatiha jurnalis mini dengan membagi pengalamnnya menjadi jurnalis kepada rekannya yang lain. Sehingga apa yang telah ia dapat dari PJP tidak serta merta hilang terkikis waktu, di bimbing oleh tim relawan Komunitas Ngejah, gerakan Ngejah Ka Sakola dilaksanakan sabtu siang dengan sistem rolling.


Tahun ini Komunitas Ngejah akan kembali menggelar Pelatihan Jurnalis Pelajar untuk yang ke enam kalinya yang akan dilaksanakan pada tanggal 4, 5 dan 6 November 2016. Semoga PJP tahun ini, bisa melahirkan para pelajar yang melek media, yang cerdas dalam memanfaatkan media. Semoga lahir para pelajar yang mau dan mampu berkabar tentang apa yang terjadi di lingkungan sekitar. Tentunya berbagi informasi yang bermanfaat kepada dunia luas.


Novia Susanti Dewi (Mahasiswi UIN Bandung/Alumni PJP II)


 

0 comments:

Post a Comment

Copyright © 2014 Jejak Literasi | Designed With By Blogger Templates | Distributed By Gooyaabi Templates
Scroll To Top