Gerakan kampung membaca kembali menyapa masyarakat Kecamatan Singajaya. GKM memasuki episde ke 47. Tidak terasa empat tahun berjalan gerakan ini digulirkan. Sampai saat ini, GKM konsisten menyambangi kampung demi kampung untuk mengkampanyekan pentingnya membaca kepada anak-anak, remaja serta masyarakat umum. GKM episode 47 menyambangi adik-adik di Kampung Panimbangan Desa Girimukti Kecamatan Singajaya Kabupaten Garut. Hari itu (10/4/2016) saat hujan belum mau berhenti membasahi bumi, para relawan GKM-Komunitas Ngejah mempersiapkan segala amunisi untuk dibawa ke lokasi. Satu ransel buku sudah siap untuk digendong, namun hujan tak kunjung reda. Pukul 13.30 WIB, tiga motor tim GKM menerobos derasnya hujan. Kenapa kami memaksakan diri, hal ini lantaran, kami tahu di Panimbangan sudah ada yang menanti kami dengan penuh harap. Tim GKM yang berangkat dari Saung Baca TBM aiueo-Komunitas Ngejah hanya tiga motor. Ada Ruli, Roni, Budi, Nana dan Aziz. Beberapa relawan datang dari arah jalan berbeda, ada Ai yang sedang kuliah di UT kampus Garut, selepas kuliah dia langsung terjun menuju lokasi GKM. Sedangkan Wulan, siswa SMAN 20 Garut, ia telah berada di lokasi untuk mempersiapkan dan berkoordinasi dengan tokoh-tokoh Kampung Panimbagnan.
Sejak dari awal Komunitas Ngejah memang menekankan pada pelibatan anak-anak muda untuk bersatu bahu membahu, menyisihkawan waktu dan tenaga untuk gerakan literasi diusungnya. Oleh karena itu, setiap anggota Komunitas Ngejah, yang biasa membaca dan meminjam buku, diberi kesempatan untuk melakukan kerja kerelawanan. Selain pengurus, hampir saban kegiatan Gerakan Kampung Membaca selalu melibatkan para pelajar untuk menjadi relawan. Kembali pada GKM 47, perjalanan yang kami tempuh dari saung sampai lokasi hanya butuh waktu sekitar 20 menit. Jalanan yang kami tempuh tidak terlalu sulit, hujanpun tidak turun lagi, sehingga memeprcepat perjalanan. Sesampainnya di lokasi, beberapa tas tergeletak di atas lantai mesjid lokasi GKM. Anak-anak sudah menunggu kami. Sambil menuggu, mereka menggunakan waktu dengan bermain. Melihat kedatangan kami, dalam waktu sekejap anak-anak segera berkumpul. Kegiatan kami awali dengan berdoa bersama. Saya memeperkenalkan cara berdoa ala anak-anak, memulainya dengan tepuk jari. Tepuk jari dimulai dari tepuk jari satu sampai tepuk jari lima, dengan menepukan jadi-jari berulang-ulang. Kemudian semua diam dan berdoa dalam hati masing-masing. Oh ya, peserta kali ini tidak lebih dari 20 anak, yag terdiri dari pelajar PAUD sampai sekolah dasar. Meski demikian semangat mereka sangat menggebu ketika kedatangan tim GKM. Selepas berdoa, kami menyempatkan untuk berkenalan bersama peserta. Satu demi satu relawan saya perkenalkan kepada semua peserta, dan di sela perkenalan semua anak mengucap “Oh”. Sesuatu yang biasa ketika kita baru bertemu, mungkin sebenarnya mereka ingin lebih kenal lebih dalam tentang personil GKM kali ini, namun waktu kami sangat singkat untuk memperkenalkan diri lebih detail, sehingga saya hanya menyebutkan nama saja.
Untuk menambah semangat permainan sederhana disajikan, seperti permainan sahut-sahutan.
“gajah?” kata saya
“Besar” jawab peserta sambil melingkatkan kedua tangannya sebesar mungkin.
“semut” kata saya
“kecil” jawab peserta sambil menyodorkan jari telunjuk, jempol dan menampilkan mimik yang seakan-akan semut itu bena-benar sangat kecil.
Kemudian logika permainan diganti, jika saya bilang “Gajah”, maka peserta menjawabnya dengan kata “kecil” sambil menujukan jari telunjuk dan jempolnya dengan mimik muka seakan-akan Gajah itu adalah makhluk terkecil di dunia.
Untuk mengawali kegiatan dalam ruangan, permainan ini cukup ampuh untuk mempersatukan frekuensi kami menuju rasa yang disebut “senang”. Gelak tawa pun hadir saat beberapa peserta GKM masih terbalik menunjukan gerakan tangannya.
Setelah permaian dirasa sudah cukup, acara diisi oleh Iis yang sebentar lagi menjadi alumnus SMAN 20 Garut. Dia membawakan sebuah cerita hikmah, tentang larangan untuk berbohong, dia bilang.
“Jadi kita jangan pernah sekali-kali berbohong, karena disaat kita pernah ketahan berbicara bohong, kemudian kita berbicara jujur, maka orang akan selalu ingat kebohongan yang pernah kita lakukan. Jadi orang lain tidak akan terlalu percaya lagi pada orang yang pernah berbohong” begitu katanya, dan pesertapun menganggukan kepalanya. Diakhir cerita Iis mengajak adik-adik peserta untuk berjanji agar tidak pernah berbohong. Seusai bercerita, GKM memasuki acara inti, yaitu membaca bersama. Sekitar 30 menit, dengan bahan bacaan yang kami bawa, adik-adik peserta dipandu untuk membaca bersama-sama. Dan kegiatanpun diakhiri dengan dongeng dari Sam dan Bu Ai, serta motivasi pentingnya membaca.
Langit sudah tidak mendung lagi, air bekas hujan yang membasahi jalanan sudah nampak kering, kami kembali menyusuri jalanan Desa Girimukti untuk kembali pulang dan menikmati senja yang semakin jingga. Semoga segala keberkahan selalu menaungi gerakan kami. Amiin.***
Penulis: Budi Iskandar/Pengurus Komunitas Ngejah.
0 comments:
Post a Comment