Menjaga konsistensi lebih sulit dibanding memulai sebuah gerakan. Begitulah yang terpikir dalam benak saya, saat mulai menggelindingkan ide Gerakan Kampung Membaca sebagai salahsatu gerakan Komunitas Ngejah. Kekhawatiran itu saya sampaikan juga kepada kawan-kawan relawan, segelintir anak-anak muda kampung yang memilih untuk menyisihkan waktu dan tenaganya dalam gerakan Komunitas Ngejah. Selapas bersepakat untuk menindaklanjuti konsep menjadi sebuah gerakan nyata, hampir setiap akhir pekan kami mengunjungi kampung demi kampung, menggendong buku, bersilaturahmi dengan tetua kampung, meminta izin untuk menyelenggarakan Gerakan Kampung Membaca dengan menu utama kegiatan membaca bersama, serta beberapa kegiatan sisipan seperti bermain game, mendongeng, menggambar dan menyanyi.
Pada perkembangannya, selepas gong Gerakan Kampung Membaca atau GKM kami tabuh. Pola bergerak dan menggerakan, saya rasa menjadi bagian penting menjaga konsistensi. Hal ini karena saya sadari sepenuhnya, tidak setiap kegiatan, saya secara individu bisa bergerak secara penuh, terlibat secara utuh di dalamnya. Oleh karena itu, saya harus berbagi semangat, waktu dan energi dengan kawan-kawan relawan.
Halang rintang tentu saja setia menghadang. Tapi itu semua kami yakini sebagai hidup yang dinamis. Dengan kemampuan yang ada kami terus bergerak. Perlahan kami menemukan pola-pola baru dan mampu menambah jangkauan penerima manfaaat. Hal itu dibuktikan dengan Gerakan Kampung Membaca Edisi Akhir Tahun yang sudah kami gelar dalam dua tahun terakhir, di luar Gerakan Kampung Membaca yang kami helat hampir setiap akhir pekan. Melalui GKM Akhir Tahun, dalam satu minggu penuh kami memanfaatkan libur semester, mengunjungi kampung demi kampung, mengkampanyekan pentingnya membaca, menginap di rumah warga atau di lapangan terbuka yang ada di sekitar rumah penduduk. Sesekali jika memungkinkan, kami juga memutar film khas layar tancap, sambil menikmati suguhan berupa kulub suuk, beuleum sampeu dan kopi hideung. Obrolan santai dengan warga pun menjadi warna tersendiri. Menguping berbagai isu yang beredar di masyarakat sekitar.
Dengan pola yang sama seperti GKM akhir tahun, 26-28 Februari 2016 kami menggelar GKM edisi Trooper Nusantara. Kegiatan ini sebagai respon dari niat baik Club Mobil tersebut yang menawarkan diri untuk memfasilitasi transportasi relawan mencapai lokasi gerakan serta menyediakan sebagian amunisi bahan bacaan. Selain itu, kami ditopang tenaga beberapa mahasiswa dari beberapa kampus yang sengaja datang untuk menjadi relawan. Belum lagi, ada beberapa orang dari berbagai kota yang menanyakan tentang apakah Komunitas Ngejah melakukan gerakan di daerahnya? Jika iya, mereka menyatakan kesiapannya menjadi relawan.Tentu saja, jika ditanya tentang harapan, kami berharap gerakan Komunitas Ngejah bisa menjangkau daerah lainnya.
Pada akhirnya, terkait konsistensi relawan, kami tidak begitu khawatir, karena selain stok barisan relawan Komunitas Ngejah, diluaran sana banyak pemuda, atau mahasiswa yang sudah menghubungi kami dan menyatakan kesiapannya menjadi relawan dan juga tentu saja kami juga bisa memanfaatkan relawan dari kampung sasaran. Lalu apa yang kemudian menjadi pertimbangan tidak segera memperlebar sayap jangkauan? Itu terkait, keterbatasan amunisi buku, rak dan dana operasional kegiatan yang kami miliki.***NTA/Presiden Komunitas Ngejah.
0 comments:
Post a Comment