Kamis, 31 Desember 2015, hari ini rencananya kami (Komunitas Ngejah) akan mengadakan Gerakan Kampung Membaca Edisi Akhir Tahun Fase-II. Sesuai jadwal, pukul 13.00 Opik, Ruli Lesmana, Iwan Ridwan, Toto Muhammad Sodikin, Ridwan Muhammad Abdul Ajiz, Firman Taofiq, Ai Nurhalimah, Rosita, Vita Siti Julaeha, Ai Sopiah dan saya sendiri, Ade Luqman sudah berkumpul di Saung. Pukul 14.00 WIB seluruh persiapan seperti kamera, laptop, infokus, tenda, buku-buku bacaan yang akan disimpan di Pojok Baca serta buku untuk amonisi Gerakan Kampung Membaca, makanan, perlengkapan pribadi dan lain sebagainya sudah selesai kami kemas. Sayang sekali, ketika kami hendak berangkat, hujan turun dengan lebat. Kami pun harus menunggu. Pukul 16.30 hujan tinggal gerimis. Iwan Ridwan selaku Koordinator Gerakan Kampung Membaca bersama Opik selaku Presiden Komunitas Ngejah, kemudian mengecek kesiapan semua relawan. Setelah semua relawan menyatakan kesiapannya untuk memulai perjalan dengan diiringi gerimis, dan meyakinkan semua relawan menggunakan jas hujan, kami pun berhimpun berdoa bersama di pimpin oleh Iwan Ridwan. Di pertengahan jalan, tepatnya di Jembatan Desa Saribakti Kecamatan Peundeuy, Neng Rifa sudah menunggu untuk bergabung bersama kami. Alhamdulillah, sekitar pukul 19.15 kami sampai di lokasi yang dituju.
POS 1-Kampung Cinangsi Desa Toblong Kecamatan Peundeuy
[caption id="attachment_2983" align="alignnone" width="960"] Permainan Konsentrarasi sebagai Sesi Pertama Kegiatan Gerakan Kampung Membaca[/caption]
[gallery ids="2940,2942" type="circle" columns="2"]
Lokasi pertama tempat yang kami tuju adalah Kampung Cinangsi Desa Toblong Kecamatan Peundeuy. Imron alumni UIN Bandung yang bekerja sebagai petani sekaligus guru honorer secara kebetulan sedang berada di halaman rumahnya, seperti yang siap menyambut kami. Padahal sampai waktu itu kami belum bisa menghubunginya, lantaran di kampung tersebut tak ada signal. Lagi-lagi agenda berubah, keinginan kami untuk melakukan nobar ala layar tancap bersama penduduk terpaksa harus batal, karena hujan turun kembali dengan deras. Kekosongan waktu kemudian digunakan untuk ngobrol santai dengan Imron tentang tektek bengek kampungnya termasuk asalmula nama kampung. “Kenapa nama kampung ini Cinangsi? karena dulu di sekitaran kampung itu banyak pohon Nangsi. Pohon Nangsi itu pohon yang bagus untuk menahan air. Fungsinya kurang lebih seperti beringin. Jadi di kampung ini airnya cukup subur” tutur Imron menjelaskan. Kelimpahan air ini kemudian yang menjadi modal warga sekitar bertani. Siapapun ia yang berkunjung ke kampung ini akan tahu, bahwa masyarakat di sini sebagian besar adalah petani. Hal ini salahsatunya bisa terdeteksi dengan hanya melihat kampung yang didominasi oleh gelombang bukit yang sudah diisi penuh oleh berbagai tanaman dan juga sawah-sawah yang mengitarinya.
[caption id="attachment_2947" align="alignnone" width="960"] Seorang anak (serta GKM) sedang menunjukan bacaan kepada temannya[/caption]
[caption id="attachment_2938" align="alignnone" width="960"] Membaca Bersama[/caption]
[caption id="attachment_2941" align="alignnone" width="946"] Membaca Bersama[/caption]
Obrolan terus bergulir. Pada percakapan ini, Opik bercerita tentang isi pidato Mendikbud, Anies Baswedan, pada Malam Anugerah Peduli Pendidikan. “Tahun 1947 bulan April di Yogya, Presiden (Soekarno) mencanangkan pemberantasan buta huruf. Ada papan tulis hitam bertuliskan “aiueo”, di belakangnya ada spanduk besar sekali, bertuliskan ‘Bantulah usaha pemberantasan buta huruf’. Kata pertama yang dipasang adalah ‘Bantulah’. Pemerintah datang dengan mengatakan ‘bantu kami memberantas buta huruf’,” begitu jelas Opik, mengutip pidato Mendikbud Anies Baswedan. Opik menyimpulkan bahwa Gerakan Indonesia Membaca harus menjadi tanggung jawab bersama, mengadaptasi Gerakan Pemberantasan Buta Huruf yang sukses menjungkirbalikan kondisi 95% buta huruf menjadi 5% buta huruf seperti yang dipelopori oleh Soekarno. Malam semakin larut sebagian kawan ada yang tidur dan ada juga yang bergadang melanjutkan percakapan dengan Imron.
[caption id="attachment_2955" align="alignnone" width="960"] Iwan Ridwan, Koordinator Gerakan Kampung Membaca menyerahkan sejumlah buku kepada Ajengan Uun Pengelola Pojok Baca Cinangsi[/caption]
Juma’t pagi datang bersama gerimis. Sekitar pukul 7.3.00 langit semakin terang. Kami pun bergegas mengunjungi Pojok Baca Cinangsi yang dikelola Ust Uun. Iwan Ridwan bersama Toto Muhammad Sodikin mewakili tim bercakap dengan Ajengan Uun seputar perkembangan aktivitas membaca di Pojok Baca Cinangsi serta menyampaikan tujuannya untuk melaksanakan Gerakan Kampung Membaca. Tanpa basa-basi, melalui toa, Ajengan Uun segera mengumumkan mengenai kedatang kami dan menghimbau anak-anak untuk segera datang ke lapangan terbuka yang berada di samping SDN 4 Toblong yang hanya memiliki 3 lokal kelas termasuk kantor kepala sekolah dan guru. Miris. Setiap kelas di sekat dijadikan dua kelas. Satu ruangan digunakan kantor kepala sekolah dan guru. Sebagian siswa yang tidak tertampung mereka belajar di madrasah Cinangsi yang terletak hanya sekitar 25 meter dari sekolah. Sekitar pukul 08.00 sekitar 30 orang lebih anak sudah berkumpul. Hampir semua anak yang hadir dalam kesempatan tersebut adalah anak-anak usia SD. Kegiatan Gerakan Kampung Membaca dimulai dengan membacakan Basmalah bersama-sama dan dilanjutkan dengan perkenalan singkat dari tim relawan Komunitas Ngejah. Selepas itu Ai Nurhalimah, Vita SiZu, dan Rosita melanjutkan kegiatan dengan permainan konsentrasi. Permainan tersebut kemudian menjadi jembatan kedekatan antaa anak-anak dengan relawan. Hal ini kemudian menjadi celah masuk bagi relawan untuk mengajak anak-anak peserta GKM berbincang seputar pentingnya membaca. Sesi tersebut, kemudian dilanjutkan dengan mengarahkan anak-anak untuk membentuk kelompok. Setiap kelompok didampinngi oleh satu orang mentor (relawan) yang sudah mempersiapkan sejumlah buku. Anak-anak kemudian disilahkan untuk memilih buku bacaan sesuai selera masing-masing. Kegiatan membaca bersama pun berjalan sekitar 45 menit. Tak hanya peserta, setiap mentor (relawan) ikut serta larut dalam kegiatan membaca bersama. Selesai kegiatan membaca bersama Koordinator Gerakan Kampung Membaca menyerahkan sekitar 100 buku kepada Ajengan Uun selaku pengelola Pojok Baca Cinangsi. Sesi tersebut dilanjutkan pembacaan doa sebagai penutup kegiatan dan photo bersama.
Pos 2-Kampung Cihideung Desa Cikondang Kecamatan Cisompet
[caption id="attachment_2987" align="alignnone" width="960"] Perjalan Menuju Kampung Cihideung[/caption]
[caption id="attachment_2933" align="alignnone" width="960"] Ato (Relawan Komunitas Ngejah) memperbaiki beberapa bagian sasak rawayan yang bolong, sebelum melintas.[/caption]
Perjalanan menuju Pos 2 yaitu Kampung Cihideung melewati jalan yang cukup menantang. Jalannya yang curam. Mula-mulai jalan aspal rusak, kemudian jalan tanah merah (setapak), sasak rawayan dan jalan setapak yang telah ditembok. Hal yang paling mengesankan dan membuat dagdigdug jantung adalah saat kami melewati sasak rawayan yang sempit dan sudah rusak. Awalnya kami berfikir tidak akan bisa melewati sasak tersebut. Setelah mencoba memperbaiki beberapa bagian sasak yang sudah rusak, dengan penuh kehati-hatian satu-satu motor yang kami gunakan melintasi sasak tersebut. Celakanya, ban motor yang saya pakai terperosok karena melintas pada bagian sasak yang sudah rapuh. Untungnya saya segera dibantu kawan-kawan relawan yang lain. Ah, berpeluh keringat kami melintasi sasak tersebut.
[caption id="attachment_2991" align="alignnone" width="960"] Ngobrol Santai dengan Pak Ruhiat Pengelola Pojok Baca Cihideung di Rumah Dadan[/caption]
Karena waktu sudah menunjukkan pukul 11.00 lebih, maka kami harus melanjutkan mencari mesjid untuk melaksanakan shalat Juma’t terlebih dahulu, sementara kawan-kawan perempuan ditinggal untuk menjaga dua motor yang kami tinggalkan. Kami sudah sampai di di mesjid kampong Cihideung di sana kami melaksanakan shalat jumaat. Setelah selesai melaksanakan Sholat Jumat kami bertemu dengan Dadan alias Agung, warga Singajaya yang menikah dengan orang Cisompet. Agunglah yang memfasilitasi untuk melaksanakan kegiatan di kampung ini pada tahun sebelmunya. Kami diajak kerumahnya untuk beristirahat. Sementara sebagian kawan yaitu Iwan, Ato, Ruli dan juga Dadan menjemput kawan-kawan perempuan yang masih menunggu di sasak rawayan sana.
[caption id="attachment_2973" align="aligncenter" width="525"] Penyerahan Buku[/caption]
Setelah semua kawan-kawan sampai di rumah Dadan kami beristirahat sambil berdialog dengan orang tuanya Dadan seputar motor-motor masyarakat bisa dengan mudah melintasi sasak rawayan yang rusak tersebut “karena sudah terbiasa” jawabnya. Saya terinspirasi bahwa suatu hal yang dianggap sulit dan tak mungkin bisa dilalui, kalau dicoba dan terus mencoba akan menjadi mudah. Di lokasi ini, kami tidak menyelenggarakan Gerakan Kampung Membaca, hanya menengok Pojok Baca dan melakukan penguatan dengan menambah buku. Ruhiat sebagai pengelola Pojok Baca di kampung tersebut bercerita seputar perkembangan aktivitas membaca di kampungnya. “Alhamdulillah ngeureuyeuh, mung teu acan optimal. Duh abdina teu acan konsentrasi penuh, masih sibuk ngaleres sakola. Milarian bantosan kanggo ruangan kelas baru di M.Ts” begitu tuturnya. Sementara Dadan merekomendasikan penambahan buku mengenai pertanian, peternakan dan, keterampilan lokal. Karena masyarakat setempat bermata pencaharian bertani huma, dan beternak.
POS 3-Kampung Ciparanje Desa Sagara Kecamatan Cibalong
[caption id="attachment_2998" align="aligncenter" width="439"] Menuju Kampung Ciparanje dari arah Kampung Cihideung[/caption]
Sabtu pagi sekitar pukul 08.00 kami berpamitan kepada tuan rumah untuk melanjutkan perjalanan menuju POS 3 yaitu Kampung Ciparanje Desa Sagara Kecamatan Cibalong. Kami melewati jalur Kampung Ciawi sesuai rekomendasi Dadan. “Hayu dijajap ku abdi bisi aya nu mogok” ujar Dadan. Jalur yang kami tempuh merupakan jalan setapak yang melintasi lembah dan bukit-bukit kecil. Kami diantar oleh Dadan sampai ke pertengahan perjalanan. Di tengah-tengah perjalanan Opik terjatuh, ketika melintasi sasak kecil, mungkin beliau hilang keseimbangaun saat menginjak lubang yang tertutup rumput. Beruntung hanya luka kecil. Pukul 12.05 kami tiba di Kampong Ciparanje.
[caption id="attachment_3002" align="aligncenter" width="525"] Permainan Konsentrasi[/caption]
[gallery ids="3008,3012" type="circle" columns="2"]
Tahun sebelumnya kami pernah melaksanakan kegiatan Gerakan Kampung Membaca dan membangun Pojok Baca di sini. Pengelolanya adalah Ajengan Ajen. Setelah sholat Dzuhur kami pun bercakap santai dengan Ajengan Ajen mengenai perkembangan membaca di Ciparanje. Pukul 13.30, Ajengan Ajen mewartakan kedatangan kami melalui toa. Anak-anak pun segera berkumpul. Kegiatan Gerakan Kampong Membaca dimulai. Kami memulainya dengan permainan konsentrasi yang dipimpin Ai, Ato, Rosita dan Vita. Setelah itu kegiatan membaca bersama selama kurang lebih 60 menit. Acara selanjutnya mendongeng yang disampaikan oleh Neng Rifa. Pada kesempatan ini Neng Rifa membawakan dongeng yang berjudul “Pentingnya ilmu”. Kegiatan diakhiri dengan doa, penyerahan buku dan photo bersama.
Pukul 16.30 kami berpamitan meninggalkan Kampung Ciparanje menuju Pantai Karang Paranje untuk mengakhiri kegiatan Gerakana Kampung Membaca tahun 2015 dengan menikmati kemolekan pantai...
Sampai berjumpa pada kegiatan GERAKAN KAMPUNG MEMBACA TAHUN 2016. Tetap semangat menyebar virus membaca...
Penulis: Ade Luqman (Relawan Komunitas Ngejah)
0 comments:
Post a Comment