Budaya membaca merupakan prasyarat dan sekaligus merupakan ciri kemajuan suatu bangsa atau masyarakat. Bangsa atau masyarakat yang maju menempatkan kebiasaan membaca sebagai salah satu kebutuhan hidupnya, sehingga terciptalah masyarakat membaca (reading society). Masyarakat yang sudah maju seperti Eropa, Amerika Serikat, Inggris, Jepang dan Korea, menjadikan kegiatan membaca sebagai salah satu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan mereka. Kenyataan di atas, kemudian menjadi pondasi bagi Komunitas Ngejah untuk berupaya melakukan ragam kegiatan yang bermuara pada upaya peningkatan budaya baca masyarakat, khususnya di Desa Sukawangi, umumnya di Garut bagian selatan. Sebagaimana telah disiarkan sebelumnya, dua program utama Komunitas Ngejah, selain menyediakan layanan membaca melalui Taman Baca aiueo, program Gerakan Kampung Membaca dan Pembangunan Pojok Baca, terus kami gulirkan. Sejak pendiriannya, Komunitas Ngejah selalau dikaitkan dengan gerakan anak muda. Hal ini sengaja saya lakukan, sebagai upaya menghimpun anak muda, bersama-sama saling memotivasi menyisihkan waktu untuk membaca dan mengajak lingkungan sekitar untuk mau membaca.
Senin, 15 Juni 2015 bertempat di Kampung Sindangsari Desa Sukawangi Kecamatan Singajaya Kabupaten Garut, Gerakan Kampung Membaca episode#32 sekaligus pembangunan Pojok Baca ke-20 kami gelar. Pukul 13.00 anak muda Sukawangi dan sekitarnya, yang kemudian memilih menjadi relawan Komunitas Ngejah serentak bergerak. Kami mengunjungi sebuah MDA yang dikelola oleh Ajengan Endo dan putranya. Sekitar 60 orang anak sudah menunggu di sana. Tanpa basa-basi Roni sebagai salahseorang relawan segera membuka kegiatan. Ia menuturkan bagaimana pentingnya membaca, menyampaikan surat Al-alaq sebagai wahyu pertama yang berisi perintah membaca dari Alloh, SWT. Wajah antusias semakin nampak terlihat dari para peserta GKM, ketika Saeful Millah seorang pemuda asal Kecamatan Peundeuy tampil kemuka menyampaikan sebuah dongeng yang bercerita tentang seorang yang divonis bodoh akan tetapi mampu bangkit dan menjadi anak muda yang sukses, karena kegigihannya untuk belajar. Saeful Millah memberikan gambaran bahwa sekeras apapun batu, lama-lama akan berlubang jua ketika tetes hujan terus menimpanya. Aksi para relawan Komunitas Ngejah, tidak berhenti di sana. Fase selanjutnya, seorang guru muda MIS Riyadlulhuda yang bernama Ai Nurhalimah unjuk kebolehan dalam membimbing peserta GKM melakukan permainan konsentrasi. Suasana kian semarak. Para peserta terlibat sengit pada setiap tahapan permainan yang dipimpin Ai. Tibalah pada acara utama GKM, yaitu membaca bersama. Para relawan segera menyiapkan serta membimbing peserta untuk memilih bahan bacaan. Selama 30 menit para peserta GKM larut menyelami bacaan. Rata-rata, buku yang mereka pilih adalah buku cerita dan buku-buku keagamaan. Selesai kegiatan membaca bersama, kegiatan dilanjutkan dengan simbolis penyerahan satu buah rak dan sekitar 120 buku untuk dikelola di MDA Alkawakib Sindangsari yang dipimpin oleh Ajengan Endo.Kegiatan akhirnya ditutup dengan doa dan photo bersama.*** NTA
0 comments:
Post a Comment