Badan pusat statistik (BPS) pada 2010 bahwa penduduk Indonesia mencapai jumlah 237, 64 juta jiwa.itu artinya negara Indonesia pada tahun 2025 akan mengalami bonus demografi dimana lebih dari setengah jumlah tadi (59, 98% atau 142, 54 juta orang adalah usia produktif 15-54 tahun). Itu artinya negara indonesia akan dihuni oleh penduduknya dengan dominan para pemuda yang mempunyai semangat yang tinggi dan tekad kuat untuk memajukan bangsa dan negara. Kelompok usia produktif ini bisa menjadi berkah jika para pemuda berkualitas tapi sebaliknya akan menjadi musibah jika para pemuda hanya menjadi benalu bagi negara. Saat ini saja indonesia sendiri untuk minat baca menduduki urutan ketiga dari bawah di dunia atau hanya sekitar 0,01 persen, berarti hanya satu dari 10 ribu orang yang memiliki keinginan untuk membaca. Jumlah itu jauh lebih kecil dibandingkan dengan jepang mencapai 45 persen dan singapur mencapai 55 persen. Bayangkan apa jadinya nanti pada tahun 2025 jika minat baca generasi pemuda sekarang masih jauh dari kata ideal, itu artinya bonus demografi yang digadang-gadang akan menguntungkan dan diharapakan membuat perubahan bagi negara, berubah menjadi bumerang yang akan merugikan negara itu sendiri.
[caption id="attachment_1822" align="alignleft" width="300"] Kampanye Membaca di Mesjid Cikondang-Cisompet[/caption]
Untuk mengantisipasi hal-hal negatif yang memungkin terjadi dalam menghadapi bonus demografi yang akan terjadi pada tahun 2025, serta untuk meningkatkan minat baca bagi para generasi muda, maka serentetatan program kampanye budaya baca menjadi salahsatu garapan utama Komunitas Ngejah, yang di dalamnya melingkupi kegiatan Gerakan Kampung Membaca.
Menginjak episode #23, Sabtu 26/09/14 komunitas ngejah mengadakan Gerakan Kampung Membaca di Kampung Cimuncang Desa Cikonang kecamatan Cisompet Kabupaten Garut. Berangkat dari saung komunitas ngejah sekiat pukul 16.00. WIB, tim yang dinahkodai oleh Kang Opik berangkat menuju lokasi dengan menggunakan sepeda motor. Sebelum berangkat tim melakukan doa bersama untuk keselamatan selama diperjalanan dan bisa sampai tujuan denagan keadaan selamat.
[caption id="attachment_1825" align="alignleft" width="300"] Berkenalan dengan Peserta GKM[/caption]
Karena lokasi GKM yang akan dijambangi kali ini sangat jauh dan harus melewati beberapa kecamatan, maka tim ditemani oleh kang Dadan Agung selaku penduduk asal lokasi kegiatan. Karena lokasi sangat jauh,sengaja tim berangkat dari saung komunitas ngejah sehari sebelum kegiatan berlangsung dan memutuskan untuk bermalam dilokasi GKM.
Matahari mulai menyembunyikan tajinya sebagi raja cahaya, hari mulai gelap, tim GKM harus rela kemalaman diperjalanan dan melewati perjalanan dengan keadaan gelap gulita dan hanya mengandalkan cahaya dari lampu motor yang dikendarai. Adrenalin tim GKM mulai diuji ketika harus melewati jembatan yang masih beralaskan dari bambu. Masyarakat setempat biasa menyebutnya dengan sebutan Sasak Rawayan.
[caption id="attachment_1816" align="alignleft" width="300"] Mendongeng[/caption]
Motor yang dikendarai satu persatu harus mengantri melewati jembatan tersebut dan semua terpaksa harus merasakan takutnya saat sedang berada ditengah-tengah jembatan dengan keadaan jembatan berayun-ayun kekiri dan kekanan, sehingga harus memerlukan keseimbangan badan yang baik untuk melewatinya.
Sekitar pukul 19.30 tim sampai di lokasi kegiatan. Beberapa orang tokoh masyarakat menyambut kami. Diskusi pun berjalan cukup hangat. Banyak hal yang kemudian menjadi menjadi bahan diskusi, salahsatunya tentang tips dan kegelisahan tentang upaya memajukan kampung halaman. Bapak Ruhiyat selaku tokoh pendidikan bercerita banyak tentang pengalaman hidupnya di dunia pendidikan.
[caption id="attachment_1819" align="alignleft" width="300" class=" "] Membaca Bersama[/caption]
Sesekali gelak tawa menghiasi percakapan, ketika kenangan-kenangan yang dahulu terasa pahit tersaji di ruang percakapan.Ia pun tak mengerti betul kenapa harus cape-cape menjadi guru honorer sampai usia lanjut serta berjuang membangun sekolah dengan berbagai tantangan di kampungnya. Yang ia tahu, hanyalah kenikmatan dan rasa terharu ketika pelan-pelan usahanya mulai menemukan titik terang.
Minggu 27/09/2014 tim gerakan kampung membaca menjambangi sebuah mesjid. Emak Illah selaku pengelola pengajian menyambut dengan hangat. Selain anak-anak, turut juga hadir orang tua mereka yang sengaja datang untuk berdiskusi tentang pentingnya membaca. Selepas kegiatan di mesjid selesai,
[caption id="attachment_1821" align="alignleft" width="300"] Permainan[/caption]
Tim GKM bergerak ke sebuah M.Ts yang hanya terdiri dari dua ruangan berukuran 5 x 5 dengan bangunan masih berdindingkan kayu dan terlihat bolong di sana-sini. Meskipun hanya bangunan yang sederhana, dan jauh dari kata layak, tapi sikap antusias anak-anak untuk belajar sangat tinggi dan sudah memenuhi ruangan sejak pagi. Melalui percakapan santai dengan Ust. Jajang ditemukan informasi bahwa bangunan sekolah itu adalah swadaya masyarakat yang dibangun tahun 1990 untuk madrasah diniyah.
Kegiatan GKM dimulai dengan perkenalan dan mendongeng yang dipimpin dan dibawakan langsung oleh Kang Opik. Sebuah dongeng yang mengandung pesan tentang pentingnya bersyukur, membuat peserta GKM larut dalam cerita.
[caption id="attachment_1820" align="alignleft" width="300"] Peresmian Pojok Baca Rawayan[/caption]
Sesi selanjutnya adalah motivasi pentingnya membaca yang disampaikan oleh Iwan Ridwan. Seperti biasa kegiatan membaca bersama akan dipandu oleh para relawan GKM. Roni dan Ruli selaku dedengkot Komunitas Ngejah, dengan sigap memberikan arahan kepada Ai Ervi, Vita Sizu, Dede Rofie, Dede Ridwan, Ojak, Saeful Millah, untuk membagi kelas. Ada kelas PAUD, SD kelas rendah, SD kelas tinggi dan SMP dengan masing-masing mentor. Pembagian kelas ini sengaja dilakukan untuk mempermudah mencari bahan bacaan bagi mereka. Selain membaca bersama, Ruli juga memperkenalkan perangkat computer kepada peserta GKM. Sesi yang tidak kalah menariknya bagi peserta GKM adalah permainan di lapangan terbuka.
[caption id="attachment_1827" align="alignleft" width="300"] Melewati Sasak Rawayan Cisompet[/caption]
Reward berupa alat tulis dan bola sepak menjadi salahsatu daya tarik begi peserta untuk unjuk keberanian tampil di depan.
Setelah kegiatan doa dan photo bersama sebagai ritual penutupan GKM. Tim bergerak ke sebuah bangunan mungil terbuat dari bambu yang sengaja difungsikan untuk PAUD. Di tempat inilah peresmian POJOK BACA dilaksankan. Beberapa tokoh masyarakat ikut ambil bagian menyaksikan peresmian tersebut. Acara ini ditandai dengan penyerahan satu buah rak buku dan sekitar 50 buku ditambah Al-Quran dan Iqro. Ust. Jajang selaku perwakilan tokoh masyarakat dalam kesempatan ini sangat berterimakasih, dan menyambut kedatangan tim serta sangat mengharapkan agar kampungnya terus dikunjungi oleh tim GKM Komunitas Ngejah.
Penulis:
Iwan Ridwan (Koordinator GKM Komunitas Ngejah, Mengajar di MIS Riyadlul Huda)
0 comments:
Post a Comment