Sunday, July 3, 2016

Pojok Baca dan Keberlangsungannya

[caption id="attachment_3653" align="alignleft" width="370"]PB Cipariuk Budi Iskandar menyerahkan buku untuk menambah koleksi di Pojok Baca Cipariuk[/caption]

Pojok Baca begitulah saya dan kawan-kawan Komunitas Ngejah memberikan nama untuk satu atau dua rak beserta 150-300 buku yang disimpan di beberapa tempat, seperti posyandu, warung,  madrasah diniyah, pertigaan ojeg dan rumah aktifis kampung. Namun pada perkembangnyanya, ada juga beberapa orang pengelola pojok baca yang kemudian membangun ruang khusus dengan dana swadaya, memindahkan rak dan buku dari tempat asal kami menyimpannya.  Pada mulanya, pendirian Pojok Baca dilakukan sebagai tindaklanjut Gerakan Kampung Membaca yang sudah dirintis sebelumnya. Sejauh ini, kami sudah mendirikan sebanyak 26 Pojok Baca yang tersebar di beberapa kecamatan di Garut bagian selatan (Singajaya, Peundeuy, Banjarwangi, Cisompet dan Cibalong) dan di Kecamatan Bojonggambir Kabupaten Tasikmalaya. Pendirian Pojok Baca adalah ruang menanam harapan semakin meningkatnya  virus membaca melalui cara membuka akses bacaan di berbagai kampung, khususnya akses bacaan untuk anak-anak dan remaja.




[caption id="attachment_3652" align="alignleft" width="279"]PB Girimukti Roni Nuroni Menyerahkan Buku untuk Menambah Koleksi Bacaan di Pojok Baca Girimukti[/caption]

Pada perkembangannya Pojok Baca yang kami dirikan ada yang rutin kami kunjungi, satu atau dua bulan, ada juga yang kami kunjungi enam bulan sekali. Sebenarnya, kami ingin mengunjungi Pojok Baca tersebut serta meroling dan menambah bahan bacaannya secara rutin, maksimal satu bulan sekali. Namun banyak hal yang membuat keinginan ini belum bisa terealisasi dengan optimal. Kendala untuk merealisasikan hal ini, salahsatunya terletak pada masih minimnya tambahan bahan bacaan yang kami miliki untuk setiap bulannya. Kebanyakan tambahan yang kami miliki, baik dengan membeli sendiri ataupun bantuan dari berbagai pihak, masih fokus untuk menambah bahan bacaan di Saung Komunitas Ngejah/ Taman Baca AIUEO sebagai pusat gerakan. Diluar itu, karena lokasi Pojok Baca dengan sekretariat Komunitas Ngejah banyak yang jaraknya jauh, maka membutuhkan tenaga dan waktu dari para relawan yang cukup ekstra. Dalam hal ini kami agak sedikit terkendala. Hal yang paling utama  dari kendala merealisasikan keinginan mengunjungi Pojok Baca secara rutin satu bulan sekali tentu saja urusan dana operasional.




[caption id="attachment_3673" align="alignnone" width="960"]PB Cibongas Budi Iskandar Menyerahkan Buku untuk Menambah Bahan Bacaan di Pojok Baca Cibongas[/caption]

Namun dengan adanya permaslahan di atas tidak lantas membuat kami berdiam diri. Kami mencoba terus berupaya merawat budaya baca yang sudah mulai tumbuh di lingkungan masyarakat sekitar Pojok Baca yang sudah ada dengan berbagai cara, seperti: mengunjungi dan menambah bahan bacaan walapun tidak rutin satu bulan sekali, kembali menggelar Gerakan Kampung Membaca di Kampung yang sudah memiliki Pojok Baca, serta berkomunikasi melalui telepon atau pesan singkat dengan pengelola Pojok Baca ihwal perkembangan aktivitas membaca di Pojok Baca masing-masing.




[caption id="attachment_3665" align="alignnone" width="960"]PB Babakanlalay Ruli Lesmana Menyerahkan Buku untuk Menambah Koleksi di Pojok Baca Babakanlalay[/caption]

Tentang minimnya dana operasional, ini karena kami belum memiliki usaha ekonomi yang kuat dalam menopang gerakan. Oleh karena itu, sejauh ini kami masih mendanai seluruh kegiatan dengan dana swadaya pengurus atau hadiah lomba atau uang pembinaan dari beberapa penghargaan yang kami terima. Kalaupun ada donasi, itu tidak lebih dari 5%. Karena sampai detik ini kami tidak membuka ruang donasi secara terbuka. Donasi uang yang kami terima, itu datang dari beberapa kawan saja yang sengaja menghubungi kami dan menawarkan membantu. Bukan kami yang menghubunginya. Guna mengatasi masalah dana operasional, salahsatu siasat yang tengah kami lakukan adalah dengan jualan kaos Gerakan Kampung Membaca. Keuntungannya kemudian kami gunakan untuk mendanai gerakan.




[caption id="attachment_3672" align="alignleft" width="436"]PB Sundabakti Roni Nuroni Menyerahkan Buku untuk Menambah Koleksi  Bahan Bacaan di Pojok Baca SundaBakti[/caption]

Jika kami sudah lama tidak mengadakan silaturahmi ke Pojok Baca, kami kerap kali waswas takut Pojok Baca tersebut mati, bukunya dikilo lalu dijual dan raknya diterlantarkan atau dibuat jemuran. Oleh sebab itu, maka pada awal Ramadhan kami membuat target melakukan silaturahmi untuk menambah bahan bacaan minimal untuk 50% Pojok Baca. Setelah itu, disusunlah jadwal waktu kunjungan. Adalah Budi Iskandar, Roni Nuroni dan Ruli Lesmana yang kemudian bergerak mengunjungi pojok baca yang sudah masuk dalam list target kunjungan. Dari laporan ketiga pengurus sekaligus relawan yang melakukan kunjungan, dari 14 Pojok Baca yang dikunjungi, ternyata ada satu Pojok Baca yang sudah kurang efektif. Hal ini karena berbagai permasalahan. Namun, pihak pengelola masih ada niat untuk kemudian membenahinya dan bersama-sama melanjutkan gerakan menyebar virus membaca. Sementara 13 Pojok Baca lainnya menunjukan perkembangan, meski tidak semuanya signifikan.




[caption id="attachment_3674" align="alignnone" width="960"]PB. Budi Iskandar Berfoto di Tengah Perjalanan Menuju Pojok Baca Babakanlalay[/caption]

Terlepas dari hasil kunjungan, ada beberapa hal yang cukup menggembirakan melihat keberlangsungan Pojok Baca yang sudah kami dirikan. Bebeberapa diantaranya yaitu: (1) Adanya pengelola Pojok Baca yang berkunjung ke saung Komunitas Ngejah, bersilaturahmi dan meminta atau mengganti bahan bacan baru. (2) Adanya pengelola Pojok Baca yang rela mengeluarkan kocek sendiri membuat ruang khusus dan memindahkan rak beserta buku dari tempat asal kami menyimpannya. (3) Adanya pengelola Pojok Baca yang menambah bahan bacaan dengan usaha sendiri. (4) Adanya pengelola Pojok Baca yang membuat nadoman untuk bahan pembelajaran bagi santrinya dengan sumber bahan utama dari buku yang kami simpan di Pojok Baca. (5) Adanya perwakilan masyarakat yang datang ke saung meminta kami untuk mendirikan Pojok Baca di kampungnya setelah melihat Pojok Baca di kampung/desa tetangganya. (6) Adanya Pengelola Pojok Baca yang kemudian beencana bekerjasama dengan Komunitas Ngejah untuk membangun lembaga pendidikan lainnya, seperti mendirikan PAUD. Selain poin-poin di atas masih banyak kebahagiaan lain yang kami rasakan dengan mendirikan Pojok Baca. Yang utama tentu saja adalah karena menambah ruang silaturahmi. Bagi kami, mendirikan Pojok Baca adalah menanam harapan semakin menyebarnya virus membaca dan virus kerelawan untuk sama-sama bergerak meningkatkan budaya baca di republik ini. Urusan hasil itu tidak begitu kami permasalahkan, yang penting terus berusaha.** NTA


 

2 comments:

  1. salut dan selalu kagum dengan semangat menanamkan kecintaan terhadap literasi oleh komunitas ini. Semoga berkah :)

    ReplyDelete

Copyright © 2014 Jejak Literasi | Designed With By Blogger Templates | Distributed By Gooyaabi Templates
Scroll To Top