Tahun ajaran baru penuh dengan inovasi di dunia pendidikan. Di hari pertama sekolah Menteri Pendidikan dan kebudayaan, Anies Baswedan meluncurkan program #HariPertamaSekolah. Programnya berupa ajakan pada orang tua murid untuk mengantarkan anak-anak ke sekolah di hari pertama. Antusisasme masyarakat sangat membeludak. Terbukti dari bermunculannya foto-foto orang tua maupun teman-teman saya yang diupdate di media sosial seperti Facebook, Twitter maupun Instagram. Sebuah dukungan positif yang menurut saya sangat membangun kesadaran para orang tua agar lebih peduli terhadap pendidikan anak. Gerakan #HariPertamaSekolah ini mungkin kecil, tapi menurut saya dampak terhadap psikologi anak sangat besar. Anak akan sangat senang ketika hari pertamanya berangkat kesekolah pergi diantar Ibu atau Ayahnya. Sebuah kebanggaan bisa mengenalkan orang tuanya pada teman-temannya yang lain. Ketika orang tua menatap mereka dari balik kaca ruang kelas.
Sebagai upaya dukungan dan sebuah bentuk kegiatan dibalik pendidikan formal. Melalui Komunitas Ngejah, saya bersama teman-teman saya yang lainnya, mencoba belajar berbagi ruang. Melalui program baru yang diluncurkan diminggu pertema masuk sekolah. Kelas Dongeng Inspiratif (KDI) membuat atmosfer bahagia untuk adik-adik pelajar tingkat PAUD dan Sekolah Dasar di dalam ruang kelas mereka. Selasa, 19 Juli 2016 merupakan hari pertama KDI berlangsung. Saya berdampingan dengan para relawan lainnya menyambangi sebuah sekolah yang berada di Kampung. Puncakawung-Garut. Lokasinya tidak begitu jauh dari Sekretariat Komunitas Ngejah. Sekitar 15 menit ditempuh menggunakan sepeda motor roda dua. Disana kami berjumpa dengan adik-adik Madrasa Ibtidaiah Fahunnajah. Dan ibu-bu guru yang sedang mengajri adik-adik perkenalan berkenalan dengan huruf-hurf Alphabet.
MI Fathunnajah merupakan sekolah yang baru saja berdiri, dengan ruang belajar satu kelas, belum ada ruang kantor ataupun yang lainnya. Cukup sederhana namun bangunnnya sudah permanen. Ruang kelas itu dihuni oleh 16 siswa menjadi peserta KDI sesion 1. Ada senyuman disana, keceriaan juga, ditambah keberanian adik-adik MI Fathunnajah saat berbicara dan berdialog dengan saya serta si Sam (Boneka Tangan). Mereka sudah sangat paham dengan bahasa negaranya sendiri Bahasa Indonesia. Meski awal masuk saya agak sedikit ragu untuk menyampaikan dongeng berbahasa Indonesi. Rupanya kekhawatiran terpatahkan saat saya mencoba berinteraksi melalui nyanyian, mereka cepat paham. Adik-adik MI Fathunnajah sepertinya sudah sangat akrab dengan bahasa pertiwi. Saya pun memilih melanjutkan setiap kalimat dalam Kelas Dongeng Inspiratif menggunakan Bahasa Indonesia. Saya berfikir mungkin ini faktor posotif dari adanya Televisi, meski faktor negatifnya juga tidak kalah banyak.
Pilihan dongeng yang cocok untuk mereka, di hari-hari pertama memasuki mruang kelas adalah Tentang seorang anak dan pohon pengetahuan. Isi dongeng ini berceritakan tentang seorang anak yang rajin sejak kecil. Selalu penasaran dengan ilmu pengetahuan. Sehingga dia mampu menjadi manusia yang sukses dikemudian hari. KDI kali ini berhasil memukau mereka. Jam kepulanganpun mundur, biasanya jam 10.00 WIB sekarang sedikit lewat, mereka lupa waktu. Merasa senang dengan pertemuan pertamanya dengan si Sam. Satu anak di bangku belakang yang saya tidak tahu siapa namanya sempat berkata.
“Itu mah anu sok aya na TV” maksudnya Si Sam pernah dia lihat di Televisi. Jika biasanya mereka lihat di Televisi, dengan melihatnya langsung bisa menjadi sebuah tontonan menarik dong, saya pun merasa cukup senang bisa mempertemukan mereka dengan boneka tangan yang gayanya so *bisa bicara hehe.
Saya bersama relawan Komunitas Ngejah lainnya berencana membudayakan KDI sebagai alternatif pendidikan formal yang menyasar adik-adik di bangku PAUD serta SD. Semoga kegiatan ini bisa berjalan dengan lancar sahabat pendidik semua. Ya minimal 1 minggu sekali kami bisa melihat senyuman bertebaran dari mulut mungin mereka.
Sebagai Komuitas Literasi tentunya program KDI ini tidak sebatas Dongeng yang menghibur atapun menginspirasi adik-adik peserta untuk belajar hidup mandiri dan lebih baik. Program ini juga dijadikan sebagai sebuah upaya meningkatkan motivasi adik-adik pelajar dalam bidang membaca dan menulis (baca:literasi).
Doa dari Sahabat Pejuang pendidikan, Sahabat Literasi bisa menjadi suport lo buat gerakan kecil ini.
Oke.. akhirnya saya mau mengajak teman-teman sekalian untuk terus bergerak membuat program-program inovastif untuk membangun atmosfer pendidikan anak yang lebih baik lagi. Keep semangat, dan mari “Belajar Berbagi, Belajar Berkarya, Belajar Bersma”.*** Budi Iskandar
0 comments:
Post a Comment