TBM atau Taman Bacaan Masyarakat seyogiyanya menjadi ruang pengembangan budaya baca, tempat mengakses berbagai bahan bacaan: seperti buku pelajaran, buku keterampilan praktis, buku pengetahuan, buku keagamaan, buku hiburan, karya-karya sastra serta bahan bacaan lainnya yang sesuai dengan kondisi lingkungan dan kebutuhan masyarakat tanpa batas usia. Apalagi jika kita mau percaya terhadap hasil berbagai penelitian tentang rendahnya minat baca masyarakat Indonesia, maka pelayanan TBM harus terus ditingkatkan. Hal ini senada dengan pernyataan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, Dr. H. Asep Hilman M.Pd., pada acara Pelatihan Teknis Pengelola TBM Se-Jawa Barat, yang menegaskan bahwa pengelola TBM sebaiknya harus mampu melayani para pengunjung (masyarakat) layaknya pegawai bank dalam melayani nasabah. Selain Kadisdik Jawa Barat, pembukaan kegiatan tersebut dihadiri juga oleh Dra. Hj. Lia Embarsari MPd (Kepala Bidang PNFI), Dra. Otin Martini M.Pd (Kasie Kursus), Drs. Aang (Kasie Dikmas) dan Drs. Yoyon (Kasie PAUD).
Kegiatan yang digelar selama tiga hari tersebut, yakni mulai tanggal 18-20 September 2015, diisi oleh tiga orang fasilitator. Yang pertama yaitu Heni Murawi selaku Ketua Forum TBM Jawa Barat. Bagi Heni, sebagai orang yang sudah malang melintang di dalam dunia TBM tentu saja materi yang ia sampaikan tidak melulu teori, namun juga bersandar pada pengalaman di lapangan. Ia memaparkan mengenai peran fungsi, serta manajemen TBM dengan gamblang dan jelas. Pada sesi ini banyak sekali peserta kegiatan yang kemudian curhat perihal permasalahan yang dihadapi oleh masing-masing sebagai pengelola TBM. Jika saja tak dibatasi dengan waktu, mungkin dari 81 orang peserta tersebut, semuanya ingin menyampaikan pengalamannya, baik suka atau pun duka selama mengelola TBM. Fasilitaor ke dua adalah Opik yaitu Ketua Komunitas Ngejah yang berlokasi di Garut bagian selatan. Dalam kesempatan ini, ia mencoba memaparkan mengenai tips-tips menarik perhatian masyarakat agar mau membaca. Pada sesi ini, Opik tak hanya bermonolog, melainkan memberikan ruang bagi peserta agar menyampaikan pengalamannya masing-masing mengelola TBM dengan cara kreatif rekreatif. Beragam cara kreatif rekreatif ternyata pernah dilakukan oleh para pengelola. Salahsatunya oleh Cucu, pengelola TBM dari Sukabumi yang pernah keliling kampung membawa buku dengan menggunakan glebeg (semacam delman). Di samping itu banyak cara lain yang pernah ditempuh oleh para pengelola lainnya, seperti mengadakan lomba memasak dengan menggunakan resep dari buku, lomba mewarnai, pelatihan budidaya tanaman, dll. Selanjutnya, Agus Sopandi pengelola Rumah Baca Kali Atas, membuka penyajian materi dengan menanyakan tentang kuantitas para pengelola TBM membaca buku. Ini tentu penting, jangan sampai para pengelola TBM itu cul dogdog tinggal igel, menggelorakan tentang pentingnya membaca, akan tetapi jarang bahkan tidak pernah membaca. Pada kesempatan ini Agus Sopandi menyampaikan materi tentang pentingnya membaca. Lebih lanjut ia juga mengupas perihal membaca efektif.
Selain penyampaian materi dan diskusi, pelatihan teknis pengelola TBM diisi juga dengan gelar karya dari para peserta. Sebelumnya, para peserta diarahkan untuk membentuk kelompok kemudian merancang program kegiatan semenarik mungkin. Meski kegiatan tersebut dilakukan pada hari terakhir pelatihan, namun semangat peserta masih terlihat membara. Masing-masing bekerja di dalam timnya dengan kompak. Setelah itu, hasil kerja kelompok dipresentasikan di depan fasilitaor dan kelompok lainnya. Menanggapi hal ini, Heni Murawi selaku Ketua Forum TBM menyatakan rasa bangganya serta mengaku bahagia melihat semangat para peserta. Di luar itu, ia sangat mengapresiasi pihak Dinas Pendidikan Jawa Barat yang sudah menyelenggarakan kegiatan tersebut. “Dengan sinergitas yang kuat antara pihak Disdik Jawa barat dan juga masyarakat sebagai pengelola TBM, saya yakin budaya membaca di Indonesia, khususnya di Jawa Barat, akan meningkat” pungkasnya pada akhir kegiatan.***NTA
0 comments:
Post a Comment